Setelah Rasulullah menakhlukan negeri Thaif, beliaupun
membagi harta ghanimah (Rampasan Perang). Orang-Orang mualaf Qurais mendapat jatah besar. Abu Sufyan misalnya Mendapat
jatah 100 ekor unta. Putranya, Muawiyyah, Juga mendapat 100 Ekor, bisa kita
bayangkan jumlah yang mereka terima. (Anggap 1 ekor unta harganya 12 juta
rupiah, maka 200 ekor unta setara dengan 2,4 Miliar rupiah.
Kiranya Wajar kalau
kondisi ini mengundang kecemburuan dari kaum Anshar, Muncul isi yan kurang
sedap tentang Rosulullah , diantaranya bahwa beliau lebih peduli pada kaumnya,
Orang-orang Quraisy . dengan lembut Rasulullah pun berkata kepada kaum Anshar.
Salah satu kata beliau pada intinya " wong-wong iki bali karo unto lan
wedhuz-wedhuz kuwi, Siro kabeh bali karo Rasul" Piye mileh endi jal
sampeyan??
Saudaraku sekalian,
jujur saja kalau kita yang mendengar kata Rasulullah, Bagaimana respon
kita?Unta 200 ekor setara dengan 2,4M, atau Rasul? Jujur saja kita pilih mana?
Semua itu kiranya
taklepas dari persepsi kita tentang islam. Kalau islam itu artinya biasa-biasa
saja untuk kita, mengapa tak memilih Harta milyaran itu. Apakah kita maumemilih
aGak iSlam?, luMayan isLam?, atau sangat ISLAM?, apa bedanya? Kalau islam
SEKEDAR agama diantara sekian banyak agama Untuk apa memilih Rasul? Untuk apa
bimbinganya? Kalau tidak pernah kita laksanakan? Kalu islam sekedar sebuah
pintu sUrga, diantara banyak pintu surga yang laen, Mengapa pilih Rasul. Kalau
jalan keselamatan itu banyak , dan islam hanya salah satunya, buat apa memilih
Rasul? Toh ikut tOkOh agama lain sama saja.
Tapi mari kita lihat
kaum Anshar, mereka menangis mendengar kata Rasulullah SAW. Rasul ditengah
mereka. Rasul membimbing mereka. Mereka terharu. Mereka baru sadar bahwa
mendapat karunia luar biasa. Mereka bahagia. Kalau islam biasa-biasa saja buat
mereka, buat apa mereka bangga mendengar sabda Rasulullah SAW pasca kalahnya
Thaif itu?kalau islam itu biasa-biasa saja buat apa Suhaib A-Rumi (seorang
intelektual yunani), berjalan jauh
kearah selatan (ke negri Arab) untuk
menemui Rasulullah dan menyatakan keislamanya dan rela menjadi Orang biasa.
Buat apa Salman Al Farisi, (seorang bangsawan kaya raya dari persia (Iran))
rela menghabiskan hartanaya untuk perjalanan kemadinah, sampai-sampai dijalan
ia menjadi budak, kemudian menemui Rasulullah SAW, mengucapkan Syahadat, serta
mendampingi Rasulullah dalam berbagai peperangan. Kalau islam itu biasa, buat
apa Bilal bin Rabbah seorang budak Negro, sampai rela ditindih batu besar
detengah teriknya matahari dipadang Gersang dan di cambuki, dalam rangka
mempertahankan keislamanya. Kalau islam itu biasa buat apa Abubakar r.a
Berhadapan dengan anak kandungnya diperang Badar, sementara Umar bin Khatab r.a
berhadapan dengan pamanya, Ali bin Abi Thalib berhadapan dengan Saudara
kandungya, kalau islam itu biasa buat apa Ruqayah, putri rasul, sampai bercerai
dengan suaminya yang tetap kafir. Kalau islam itu biasa buat apa Ibu Irene
Handono rela berpisah sekaligus dibenci oleh keluarganya dan hidup dengan
komunitas baru. Kalau islam itu biasa, buat apa muallaf dieropa rela menemui
kesulitan hidup yang sangat menyesakkan dalam awal masa-masa mereka masuk
islam.
Islam itu tidak biasa.
Islam adalah satu-satunya Tiket menuju Surga-Nya.
|
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ
اللَّهِ الإسْلامُ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ
بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ
اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah
Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
|
Oleh : Muhammad
shoim
Dari pengetahuan
Musrifnya
0 komentar:
Posting Komentar